Manusia Harimau dari Sumatera
Oleh :KhundulKomo Maret 21,2007 http://www.ceritaonlineku.com/
Aku baru saja akan merebahkan diri di pembaringan ketika cahaya halilintar berkelebat menyambar menerangi angkasa. Cahayanya menyusup ke dalam rumah melalui celah jendela diiringi gelegar petir yang sangat keras. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba pintu rumah sepeti ada yang mengetuk. Aku segera pergi ke ruang tamu, ingin mengetahui siapa gerangan orang yang bertamu di malam buta dan dalam keadaan hujan hebat sepeti ini.Jantungku serasa akan melompat keluar rongganya ketika kudapati di hadapanku di depan pintu berdiri sesosok mahkluk berbadan tegap, dengan tinggi sekitar 2 meter. Dari kaki sampai perut berbentuk seperti badan harimau dewasa, namun dari dada sampai kepala berwujud kepala laki-laki berjenggot dan berkumis putih, kedua tangannya menyerupai kaki depan harimauAku keheranan, masuk dari mana mahluk ini? Padahal pintu rumah belum sempat kubuka. Seolah-olah dia dapat menembus pintuku yang tertutup, atau mungkin masuk lewat seberkas cahaya kilat melalui lobang kuncinya. Bulu kudukku berdiri, namu sesaat kemudian aku dapat menguasai diri.“ Siapakah tamuku ini sebenarnya?” tanyaku setelah mengumpulkan semua semangat yang ada dalam dadaku.Mahluk yang menggetarkan nyaliku itu tiba-tiba menyeringai, atau mungkin maksudnya tersenyum padaku, lalu dia berkata,”Jangan kaget dan takut padaku, saudara! Aku adalah seorang utusan dari para penghuni rimba raya Sumatera!” “Apa maksudmu datang dan masuk ke rumahku?”“Aku akan mengadukan tentang nasib buruk yang sedang menimpa bangsa kami, yaitu bangsa harimau”“Mengadukan nasib, apa maksudmu?” tanyaku keherananAneh juga mahluk ini. Padahal bukan sekarang ini bangsa harimau sedang mengganas dan mengganggu manusia, mengapa justru utusan mereka yang datang dan katanya akan mengadukan tentang nasib mereka? Demikian pikiranku yang masih kebingungan berusaha mencerna.“Ya, ya, aku juga bisa menduga apa yang saudara pikirkan. Janganlah teburu-buru menyalahkan bangsa kami, tetapi harus diselidiki dulu sebab musababnya. Bangsa manusia lebih beruntung dari bangsa harimau. Sebab bangsa manusia punya tempat mengadu, sedang bangsa kami tidak.